Wawancara dan Reportase dalam Berbagai Konteks (Catatan Kuliah Pertemuan 02)
A. Reportase
1.
Reportase
terencana
Merupakan proses
reportase menyangkut hal-hal yang telah ditentukan sebelumnya, dalam peliputan
ini fakta, peristiwa, dan data bisa diperoleh lebih lengkap dan akurat.
Reportase
terencana lebih mudah tetapi penuh dengan tantangan. Karena ssudah terduga dan
terencana, maka fakta peristiwa dan data dapat diperoleh lebih lengkap dan
akurat. Reportase ini dapat berupa siaran news, seperti: siaran langsung, debat
public, feature, investigasi.
2.
Reportase
tidak terencana
Merupakan proses
reportase menyangkut hal-hal yang tidak terduga atau belum direncanakan
sebelumnya. Seperti kecelakaan lalu lintas, bencana alam, dan kejadian tidak
terduga lainnya.
Reportase tidak
terencana juga bisa merupakan penugasan mendadak dari redaksi, sehingga mau
tidak mau seorang reporter harus terjun langsung kelapangan.
Dalam konteks
wawancara dan repostase bencana, media massa memiliki peran dalam konteks
penebritaan pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana. Jurnalis yang menjadi
ujung tombak media massa di lokasi bencana menjadi aktor penting dalam tiga
konteks pemberitaan bencana ini.
Saat pra
bencana, jurnalis yang terjun ke lokasi bencana bertanggung jawab untuk
memberikan informasi terkini yang akurat kepada masyarakat di sekitar lokasi bencana yang memiliki
potensi terdapat bencana.
Sedangkan saat
bencana terjadi, jurnalis harus mampu memberikan informasi yang valid mengenai
lokasi bencana, jumlah korban, potensi bencana susulan, area yang bisa menjadi
jalur dan tempat evakuasi, sehingga dapat berdampak langsung maupun tidak
langsung.
Pasca bencana,
jurnalis harus mampu memberikan informasi yang menunjang program pemulihan bagi
korban yang terdampak bencana.
B. Wawancara
Steward &
Cash (1982) mendefinisikan wawancara sebagai sebuah proses komunikasi
interpersonal, dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, bersifat serius,
yang dirancang agar tercipta interaksi yang melibatkan aktivitas bertanya dan
menjawab pertanyaan.
Wawancara dapat dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya
·
Live
interview
Interview ini dilakukan
di studio dengan mengundang orang yang akan di wawancarai.
·
Interview by appointment
Pewawancara melakukan
wawancara di kediaman orang yang diwawancarai.
·
Press conferences/press briefieng
Wawancara ini dilakukan
pada saaat berlangsungnya suatu konferensi pers.
Singh
(2002) menuliskan bahwa terdapat dua macam wawancara yaitu wawancara formal dan
informal. Wawancara formal atau disebut juga wawancara terstruktur adalah
sebuah prosedur sistematis untuk menggali informasi mengenai responden dengan
kondisi dimana satu set pertanyaan ditanyakan dengan urutan yang telah
disiapkan oleh pewawancara dan jawabannya direkam dalam bentuk yang
terstandardisasi.
Wawancara informal adalah sebuah wawancara dimana
tidak dipersiapkan terlebih dahulu pertanyaan-pertanyaan, tidak ada persiapan
urutan pertanyaan, dan pewawancara yang berkuasa penuh untuk menentukan
pertanyaan sesuai dengan poin-poin utama (Singh, 2002)
Kelebihan wawancara formal adalah metode ini
biasanya mempunyai validitas yang lebih tinggi dibandingkan wawancara informal.
Akan tetapi, metode ini juga mempunyai setidaknya dua kelemahan. Pertama,
prosedur melaksanakan wawancara tipe ini membutuhkan biaya yang besar dan waktu
yang lama. Kedua, validitas wawancara formal biasanya lebih rendah dibandingkan
beberapa metode lain seperti analisa biodata, ataupun tes psikologis yang
terstandardisasi (Guilford, dalam Singh, 2002).
Kelebihan wawancara informal, pertama karena sifatnya
yang lebih fleksibel dalam mengumpulkan data sehingga wawancara informal lebih
sering digunakan dibanding wawancara formal. Kedua, dengan metode wawancara
informal pewawancara dapat menggali data lebih dalam, sehingga mendapatkan
pemahaman yang lebih banyak atas orang yang di wawancara. Namun wawancara
informal juga memiliki kelemahan, diantaranya pertama, pada wawancara
informal terdapat kemungkinan pengaruh
pribadi dan bias yang besar dari pewawancara dibandingkan dengan wawancara
formal. Kedua, wawancara jenis ini membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi.
Pewawancara diharapkan berlaku diplomatis, cerdas, mempunyai keterampilan
sosial yang tinggi, dan memiliki pengetahuan yang tinggi atas substansi yang
diteliti. Ketiga, data yang didapat dari wawancara informal sulit untuk
dikuantifikasikan dan sulit dianalisa.
Wawancara Kerja
Wawancara kerja adalah suatu jenis tahapan
dalam seleksi kerja yang melibatkan percakapan antara pelamar/pencari kerja
dengan pihak perwakilan dari organisasi yang mempekerjakan untuk melihat,
apakah calon pekerja merupakan kandidat yang tepat atau tidak. Sebelum tahap
wawancara kerja biasanya didahului oleh evaluasi rangkuman riwayat hidup tiap
pencari kerja, kemudian perusahaan akan memilih sejumlah kecil kandidat untuk
melakukan proses selanjutnya yaitu wawancara kerja. Sampai saat ini wawancara
kerja masih dipandang sebagai salah satu proses yang paling penting bagi
perusahaan untuk mengevaluasi karyawan potensial yang di diperlukan oleh
perusahaan. Dalam tahap wawancara kerja memungkinkan calon karyawan untuk dapat
mendapatkan informasi seputar budaya kerja dan peraturan-peraturan dalam sebuah
perusahaan.
Nama : Elsa Aulia Safani
Nim : 1840210002
Kelas : KPI -A4
Dosen : Primi Rohimi, S.sos, M.S.I.
Mata Kuliah : Teknik Wawancara dan Reportase
Hari, tanggal : Senin, 9 Maret 2020
Ruang Kelas : Jam ke 3, gedung F1
Dosen : Primi Rohimi, S.sos, M.S.I.
Mata Kuliah : Teknik Wawancara dan Reportase
Hari, tanggal : Senin, 9 Maret 2020
Ruang Kelas : Jam ke 3, gedung F1
Komentar
Posting Komentar